Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net

Minggu, 30 Januari 2011

ANIMASI

-



sumber : http://bima.ipb.ac.id/~anita/animatiion.htm

SEJARAH BLOGGER (BLOGSPOT)

Blogger atau yang sekarang disebut Blogspot sudah tidak asing lagi di kalangan blogger. Penyedia layanan blog gratisan ini adalah perusahaan besar yang menyaingi WordPress sehingga bisa dibilang merupakan penyedia blog gratisan nomor satu paling laris di dunia. Berikut sejarah Blogger:



Blogger sebenarnya adalah sebuah sistem publikasi blog (blog publishing system) yang pada awalnya dibuat oleh Pyra Labs pada tanggal 23 Agustus 1999 dan merupakan sebuah dedicated blog-publishing tool pertama kali yang diperuntukkan untuk membantu mempopulerkan format tersebut.
Pada bulan Februari2003, dikarenakan kepopulerannya, akhirnya Pyra Labs diakuisisi oleh Google. Akuisisi ini memnyebabkan fitur premium yang sebelumnya dikenakan biaya, kemudian berubah gratis.
Pada tahun 2004, Google mengenalkan layanan barunya “Picasa”, yaitu sebuah aplikasi untuk mengorganisir dan mengedit foto digital. Layanan ini kemudian diintergrasikan dengan utility sharing foto Hello ke dalam layanan Blogger, sehingga memungkinkan seorang pengguna Blogger untuk memposting foto-foto mereka ke dalam blog yang dibuatnya.
Pada tanggal 9 Mei 2004, “Blogger” mendesain ulang tampilan utamanya, berbagai perubahan dilakukan di dalam Blogger dengan menambahkan berbagai fitur seperti web standards-compliant template, halaman arsip individu untuk posting, komentar dan posting menggunankan email.
Pada tanggal 14 Agustus2006, “Blogger” meluncurkan rilis terbaru dalam “versi beta” dengan kode “invader”, bersamaan dengan rilis versi Gold. Ini membuat berpindahnya pengguna Blogger ke server Google dan disertai dengan ditambahkannya beberapa “fitur baru” di dalamnya.
Dalam bulan Desember 2006, akhirnya versi terbaru Blogger tersebut tidak lagi dalam “versi beta” dan dalam “bulan Mei 2007″, Blogger telah benar-benar berpindah ke server Google.

sumber : http://gugling.com/sejarah-blogger-blogspot.html

klik gambar ini ^_^



 sumber : http://bima.ipb.ac.id/~anita/animatiion.htm

Sabtu, 29 Januari 2011

SEJARAH MATEMATIKA


 Sebuah quipu, yang dipakai oleh Inca untuk mencatatkan bilangan.

Evolusi matematika dapat dipandang sebagai sederetan abstraksi yang selalu bertambah banyak, atau perkataan lainnya perluasan pokok masalah. Abstraksi mula-mula, yang juga berlaku pada banyak binatang[10], adalah tentang bilangan: pernyataan bahwa dua apel dan dua jeruk (sebagai contoh) memiliki jumlah yang sama.
Selain mengetahui cara mencacah objek-objek fisika, manusia prasejarah juga mengenali cara mencacah besaran abstrak, seperti waktuhari, musim, tahun. Aritmetika dasar (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) mengikuti secara alami.
Langkah selanjutnya memerlukan penulisan atau sistem lain untuk mencatatkan bilangan, semisal tali atau dawai bersimpul yang disebut quipu dipakai oleh bangsa Inca untuk menyimpan data numerik. Sistem bilangan ada banyak dan bermacam-macam, bilangan tertulis yang pertama diketahui ada di dalam naskah warisan Mesir Kuno di Kerajaan Tengah Mesir, Lembaran Matematika Rhind.

sistem bilangan maya


Penggunaan terkuno matematika adalah di dalam perdagangan, pengukuran tanah, pelukisan, dan pola-pola penenunan dan pencatatan waktu dan tidak pernah berkembang luas hingga tahun 3000 SM ke muka ketika orang Babilonia dan Mesir Kuno mulai menggunakan aritmetika, aljabar, dan geometri untuk penghitungan pajak dan urusan keuangan lainnya, bangunan dan konstruksi, dan astronomi.[11] Pengkajian matematika yang sistematis di dalam kebenarannya sendiri dimulai pada zaman Yunani Kuno antara tahun 600 dan 300 SM.
Matematika sejak saat itu segera berkembang luas, dan terdapat interaksi bermanfaat antara matematika dan sains, menguntungkan kedua belah pihak. Penemuan-penemuan matematika dibuat sepanjang sejarah dan berlanjut hingga kini. Menurut Mikhail B. Sevryuk, pada Januari 2006 terbitan Bulletin of the American Mathematical Society, "Banyaknya makalah dan buku yang dilibatkan di dalam basis data Mathematical Reviews sejak 1940 (tahun pertama beroperasinya MR) kini melebihi 1,9 juta, dan melebihi 75 ribu artikel ditambahkan ke dalam basis data itu tiap tahun. Sebagian besar karya di samudera ini berisi teorema matematika baru beserta bukti-buktinya."[12]


Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika

VINO G BASTIAN

Vino Galileo Bastian (lahir di Jakarta, 24 Maret 1982; umur 28 tahun) adalah seorang aktor film asal Indonesia. Vino adalah putra bungsu Bastian Tito, penulis cerita silat yang terkenal lewat seri Wiro Sableng.

Di bangku SMP, ia mulai bermain musik sebagai penabuh drum. Ia kemudian menjadi seorang model dan pada tahun 2004 melakukan debutnya sebagai aktor lewat film 30 Hari Mencari Cinta. Dalam film arahan sutradara Upi Avianto tersebut, Vino memerankan karakter seorang pria yang ternyata homo. Film itu dibintanginya bersama aktris Nirina Zubir, Maria Agnes, Dinna Olivia dan Revaldo Fifaldi.
Akting Vino dalam film perdananya tersebut membuat Erwin Arnada, direktur Rexinema, untuk memasang kembali Vino dalam film Catatan Akhir Sekolah (2005) arahan sutradara Hanung Bramantyo. Dengan arahan sutradara Upi Avianto, Vino bermain dalam film Realita, Cinta dan Rock'n Roll (2006). Film produksi Virgo Putra Film tersebut dibintanginya bersama Herjunot Ali dan puteri Indonesia Nadine Chandrawinata. Tawaran film pun menyusul secara deras kepadanya, di antaranya Pesan Dari Surga (2006) dan remake Badai Pasti Berlalu 2007 (2007). Ia meraih penghargaan FFI sebagai Best Actor dan penghargaan Indonesian Movie Awards sebagai Favorite Actor, Best Couple dan Favorite Couple (bersama Fahrani) untuk perannya dalam Film Radit dan Jani.
Tahun 2009 Vino berhasil menggeser Tora Sudiro dari puncak dan menempati peringkat 1 aktor film Indonesia dengan bayaran termahal (Indonesia's Highest-Paid Actor) dengan honor Rp 250 Juta per film

Manfaat bunga ROSSELA

Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari bunga rosella merah. Biasanya penyajian yang sering dilakukan adalah mengeringkan dan diseduh menjadi secangkir teh. Rasanya sendiri agak kecut-kecut.
Bunga rosella sendiri mengandung 260-280 mg vitamin C, vitamin D, B1 dan B2 pada setiap 100 gramnya. Teh rosella sendiri mengandung kalsium yang begitu tinggi sekitar 486 mg / 100 gr. Selain itu juga mengandung Magnesium, Omega 3 , Vitamin A, Iron, Potasium, Beta Caroteen & Asam Esensial. Melihat kandungannya saja sudah terlihat begitu besar manfaat yang akan didapat.


Dan berikut informasi manfaat dari bunga ini :
  • Manfaat pertama adalah Meningkatkan Stamina dan daya tahan tubuh
  • Bunga rosella bersifat detoksifikasi (menetralkan racun)
  • Menurunkan tekanan darah, kadar gula darah, asam urat dan kolesterol tubuh
  • Dengan meminum teh rosella dapat juga mengatasi batuk, sariawan dan sakit tenggorokan.
  • Mampu mengurangi pusing migrane.
  • Rosella merah bisa menghaluskan kulit serta mengurangi keriputan.
  • Membuat langsing tubuh karena mampu menurunkan berat badan. Pasti sangat bermanfaat bagi anda para wanita. Dan cukup minum teh ini saja.
  • Khusus untuk anak-anak karena bunga rosella mengandung OMEGA3, maka dapat memacu pertumbuhan DHA.
  • Luar biasanya bunga rosella merah dapat juga membantu para pecandu. Misal perokok dapat mengurangi dampak negatif nikotin. Atau bermanfaat untuk  mengurangi ketergantungan akan narkoba
  • Dan masih banyak lagi manfaat lain yang bisa didapat dari teh merah ini.
http://blogbintang.com/manfaat-teh-dari-bunga-rosella-merah

    Jumat, 21 Januari 2011

    About DINDA KIRANA

     -


    -BIODATA-
    Nama Lengkap : Dinda Kirana
    Nama Panggilan : Dinda
    TTL : Tasikmalaya, 30 April 1995
    Nama Ayah : S.U.Mardi
    Nama Ibu : Lia Priatiningsih
    Pendidikan Terakhir : SMPN 7
    Hobi : Nyanyi, Shopping
    Cita – cita : Dokter Spesialis Anak
    Makanan favorit : Sushi
    Warna Favorit : BIru

    Karir dinda kirana di dunia hiburan ketika dirinya mendapatkan juara umum lomba Cipta Bintang Televisi. Karena ingin mengembanngkan karirnya di dunia entertainment akhirnya dinda panggilan akrabnya ini pindah ke ibukota Jakarta dari asalnya di Tasikmalaya.. di Jakarta inilah dinda sudah bermain di banyak judul sinetron dan FTV, di usianya yang ke 9 tahun dinda sudah berhasil memainkan kurang lebih di 36 judul Sinetron dan FTV. Peran utama pun didapatkan lewat sinetron Satu Paman Tiga Keponakan dan FTV Gadis Chatting.



    Nama Dinda Kirana mulai tenar di dunia entertainment dengan perannya sebagai bebi, anak yang cantik, centil, pendiam, dan manja.. lewat aktingnya di sinetron terbarunya yaitu “kepompong” ini, dinda pun meraih ketenarannya di dunia entertainment.

    Karir Dinda Kirana di dunia hiburan udah lumayan lama lho. Tahun 2004 Dinda mendapatkan juara umum Lomba Cipta Bintang Televisi. setelah itu Dinda yang asli Tasikmalaya pindah ke jakarta dan tinggal di Ibukota. Waktu itu Dinda masih 9 tahun dan baru naik kelas 4 SD. Dalam kurun waktu 4 tahun ini Dinda telah bermain di 36 Judul Sinetron dan FTV. Peran utama didapat Dinda Lewat sinetron Satu Paman Tiga Keponakan dan FTV Gadis Chatting .

    http://profilseleb.blogspot.com/2009/02/dinda-kirana-profil.html


    Kamis, 20 Januari 2011

    CERPEN : UJIAN KELULUSAN




    Tangan Waluyo basah dan bergetar. Seumur-umur, apa yang dilakukannya setelah ini begitu sangat menegangkan baginya. Melebihi sengatan rasa tegangnya ketika dulu ia ujian skripsi. Atau, ketika menekuri detik-detik menunggu bayi pertamanya lahir. Jika dihitung-hitung, tak pernah ia seumur-umur merasakan sensasi tegang seperti itu. Ketegangan yang membuat keawasan hati dan pikirannya menjadi bekerja dengan penuh terjaga.
    Ini berawal dari kejadian di satu minggu yang lalu. Waktu itu, kepala sekolah tempatnya mengajar mengajaknya untuk rapat bersama guru-guru lain dari sekolah tersebut.
    “Kita harus membantu murid-murid kita agar mereka bisa lulus. Lulus dengan seratus persen!” Tolonglah Bapak dan Ibu camkan apa yang sudah saya sampaikan ini,” tegas kepala sekolah.
    Kemudian, seniornya yang telah menyandang profesi pendidik selama belasan tahun itu kembali berujar menambahkan. Menurutnya, apa yang ia lakukan itu telah dilegalkan secara tidak legal oleh beberapa orang dinas.
    “Jika tidak, sampai kapan daerah kita bisa meluluskan murid-murid yang berlabel berprestasi. Malu lah rasanya, jika kita dihina terus menerus karena selalu diberitakan tidak sukses dalam meluluskan para murid? Apalagi disorot di tingkat nasional!” curahan hati kepala sekolah menderu tegas.
    Sebetulnya, Waluyo bisa memilih dan tidak menganggap itu sebagai instruksi. Namun kata-kata yang diungkapkan oleh kepala sekolah membuat ia dan beberapa guru lainnya lalu lebih berpikir. Ada nasib nama sekolah mereka. Juga nasib murid-murid mereka. Bahkan, juga nasib wajah-wajah mereka sendiri nantinya sebagai pengajar di sekolah itu.
    Setelah sekian lamanya batin Waluyo bergejolak, akhirnya dibukalah sampul amplop besar yang telah beberapa menit ada di genggaman tangannya. Bercak berwarna cokelat yang lebih terang, terlihat membekas di sana-sini. Itulah hasil dari tangan Waluyo yang basah seusai membasuh keringat di keningnya. Pada benda yang kini berada dalam genggamannya itu, ada nasib anak-anaknya. Hasil ujian dari anak-anak itu akan bergantung pada apa yang akan dikerjakannya. Setelah ini, beberapa menit saja setelah amplop itu ia buka.
    Tak dapat dibayangkan oleh Waluyo bagaimana jerih payahnya selama ini. Sudah tiga tahun ia menyampaikan ilmu Matematikanya kepada para siswa di sebuah pulau. Mulai dari menyiapkan bahan pengajaran, hingga terkadang harus berpeluh-peluh menghadapi siswa-siswanya dalam belajar mengajar di dalam ruang kelas tak ber-AC. Semua itu demi dua buah kata yang ingin sekali ia dengar, “Mengerti Pak!” Kata-kata yang juga didamba oleh teman-teman seprofesinya.
    Namun kegusaran yang ada pada organ berdenyut di tempurung kepalanya harus tersingkirkan. Dalam benak Waluyo, ia ingin sekali melihat wajah-wajah siswanya bisa tersenyum riang. Semoga, nasib berpihak pada anak-anaknya di tanggal 21 Juni nanti, itu bisik hati Waluyo. Pikirnya, anak-anak itu sudah cukup berpayah-payah untuk berusaha menuntut ilmu selama ini.
    Waluyo teringat cerita dua siswanya, Amad dan Eli. Kedua anak itu pernah mengisahkan kepadanya tentang perjuangan perjalanan mereka saat menuju ke sekolah. Mereka berangkat dari rumahnya di pulau seberang dengan berseragam celana pendek warna biru.
    Mereka berkisah. “Kalau tidak ada sampan yang bisa kami naiki, ya kami lebih memilih jalan kaki dulu Pak. Ada lah mungkin 8 km lewat jalan darat harus kami tempuh. Habis itu, barulah kami mencopot baju, terus berenang. Kalau tak begitu, tak selamat baju seragam kami ini kena air. Tapi beda lagi kalau kami pulang. Tak payah lagi kami Pak seperti waktu berangkat. Ada mamaknya si Alek yang menjemput Alek dengan sampan. Nah dengan mamak si Alek itu, bisa lah kami menumpang sampai seberang. Yang penting kami tak lagi berpayah-payah mencopot baju seragam dulu lalu berenang pulang macam waktu kami berangkat.”
    Waluyo tentu saja terkejut waktu mendengar ujaran semacam itu di awal ia mengajar, dan lalu mendapati kisah dari murid-muridnya. Waktu itu, ia baru diangkat menjadi seorang guru dan mendapatkan surat keputusan untuk mengajar di tempat itu. Tapi ketika Amad dan Eli yang kini menjadi generasi kesekian kalinya sebagai muridnya di sekolah itu bercerita hal yang sama, cuma ada satu tekad yang makin membulat di hatinya. “Mereka harus jadi anak yang pintar!”
    Tapi di tahun-tahun belakangan ini, satu tekad lain terpatri di dadanya. Sejak standar nilai ujian nasional dari tahun ke tahun dinaikkan dan itu justru membuatnya sering melihat wajah-wajah kecewa, Waluyo memiliki sebuah tekad baru, “Mereka harus lulus! Anak-anakku harus mengakhiri masa sekolahnya di sekolah ini dengan wajah sumringah.”
    Meski demikian, terkadang ia bersyukur jika teringat masa-masa sekolahnya dulu. Waluyo tidak mengalami istilah mencopot baju dan berenang menyeberang pulau seperti yang dilakukan murid-muridnya kini. Cukuplah rasa lelah karena harus berjalan beberapa kilometer jauhnya dari rumah menuju sekolahnya. Rasa syukur miliknya yang terbersit kini, tak pernah ia sangka ada dulunya. Dulu, ia bisa memiliki keluh dalam lelah. Tapi jika membandingkan dengan kenyataan pada apa yang dialami beberapa siswanya, ia langsung merasa malu.
    Beberapa tahun terakhir ini, Waluyo harus bertarung untuk mereka yang terus dan terus mau sekolah. Nilai akhir memang membuatnya cemas di setiap waktu akhir jenjang pendidikannya. Dan sepanjang tahun, siswa-siswanya silih berganti harus berjuang untuk mencapai sebuah standar nilai yang begitu tinggi. Untuk sebuah status lulus.
    Waluyo sendiri tidak pernah membayangkan akan melalui semuanya itu sebagai bagian dari nasibnya, sebagai seorang guru di sebuah pulau kecil yang jauh dari peradaban kota. Sebuah profesi mulia yang juga ia harapkan dapat menuai penghasilan yang memadai. Dan dengan tetap memegang amanah orangtua semenjak ia kuliah untuk menjadi guru PNS, akhirnya ditekadkan hatinya untuk keluar dari pulau Jawa.
    “Guru itu kalau di luar Jawa dihargai banget, lho! Gajinya saja bisa tiga juta lebih. Coba kalau kita di Jawa, susah banget terus-terusan daftar PNS. Susah diterima! Kecuali, kalau kita punya uang banyak untuk bayar. Tapi yo lucu tho yo? Masa’ mau kerja kok kita ibaratnya diminta bayar dulu. Bener, tho?!” itulah kata-kata Arib, sahabatnya yang sudah lebih dulu merantau ke luar pulau Jawa. Tak henti-hentinya teman kuliahnya itu mengobarkan semangat merantau pada diri Waluyo.
    Pilihan di depan mata yang ditawarkan Arib tersebut akhirnya ia pilih untuk ia ambil. Di kemudian hari ketika tes PNS benar-benar diikutinya dan vonis untuk tugas mengajar di sebuah pulau harus diterima, Waluyo tetap terus memilih mengikuti garis hidup yang telah diambilnya tersebut.
    Namun kenyataan menjadi guru di sebuah pulau sungguh di luar dugaannya. Waluyo tidak pernah tahu bahwa ada kondisi sekolah-sekolah tertentu yang bisa jadi tidak seperti yang ada dalam gambarannya ketika kuliah. Satu komputer untuk satu sekolah, misalnya itu yang ada pada sekolah tempatnya mengajar. Tidak peduli apakah itu untuk kerja para guru ataukah untuk kegiatan belajar bagi para siswa dalam mengenal teknologi komputer, komputer itu jadi benda canggih yang dipakai secara bergantian.
    Yang hanya Waluyo tahu dari selama mengikuti kuliah dulunya, menjadi seorang guru haruslah punya beberapa kemampuan. Guru harus mampu memotivasi siswa, mengajar sesuai dengan rancangan pengajaran, dan mengajar dengan metode yang bervariasi demi membuat para siswa tidak menjadi bosan dan dapat dengan mudah menyerap pelajaran. Itulah teori yang Waluyo dapatkan selama kuliah di universitas yang dulunya identik dengan berbagai jurusan keguruannya.
    Tapi Waluyo tidak pernah diberitahu jika kondisi-kondisi yang distandarkan itu faktanya tidaklah didukung dengan hal-hal yang juga seiya. Dan saat sadar tentang hal itu, tentunya Waluyo tidak mungkin menyesal. Malu juga rasanya jika harus mundur dari kenyataan. Anak-anaknya yang sudah berani berperang melawan kondisi memprihatinkan pada diri mereka untuk memenuhi kriteria wajib belajar itu sungguh sayang jika harus ia kecewakan! Jika mereka bisa bersemangat untuk tetap terus sekolah dalam kondisi yang tidak menunjang, kenapa ia malah memilih mundur?
    **
    Semua jawaban untuk ujian akhir nanti akhirnya sudah dikerjakan oleh Waluyo. Hasilnya, siap untuk dibagikan ke pada para murid-muridnya. Apa yang barusan dilakukannya pun sungguh tak ada dalam bayangannya dulu ketika ia menempuh kuliah. Dulu ia berprinsip dalam kondisi ujian apapun, ia harus bisa mengerjakannya sendiri. Tanpa bantuan kecurangan. Tidak ada harapan pertolongan dari teman-temannya, apalagi dari pengajar. Sungguh rasanya tidak masuk akal jika ia harus melewati ujian dengan meminta pertolongan jawaban dari dosen. Yang ia yakini sejak dulu, jika mentalnya ketika menuntut ilmu saja sudah rusak, lantas apakah ia bisa dengan santai meminta para siswanya nanti untuk bersikap jujur dalam ujian? Prinsip Waluyo ketika masih kuliah itu pun kerap ditanggapi dengan senyuman kecil oleh Arib, sahabatnya.
    “Lakukanlah hidup itu dengan wajar, kawan. Aku yakin, guru-guru kita pun dulunya pasti sama halnya seperti kita sekarang Mereka juga pastinya kerap melakukan hal-hal yang tidak jujur dalam mengerjakan tugas sekolah,” bela Arib untuk dirinya sendiri.
    “Dan nanti, tentunya aku juga akan mati-matian melarang muridku untuk bersikap curang. Pokoknya, aku nggak peduli kalau dulu aku dulu juga suka mencontek sewaktu kuliah!” Waluyo ingat ekspresi Arib yang tanpa ekspresi bersalah saat mengatakan hal itu. Sementara ia yang mendengarnya malah merasa gerah.
    “Ah, mungkin teman-temanku yang dulu sering mengolok-olok keidealismeanku, pastinya tidak canggung untuk melakukan seperti apa yang sedang aku lakukan kini. Dan mungkin di saat yang sama, jika mereka kini juga menjadi guru seperti aku sekarang, mereka pun pastinya juga sedang mengusahakan hal yang sama untuk murid-muridnya di sekolah,” batin Waluyo sembari memandang jawaban dari soal-soal ujian yang telah selesai ia kerjakan.
    Sudah menjadi rahasia umum, bahwasanya soal ujian kini sudah begitu mudah didapatkan. Meskipun, ujian akhir nasional masih tinggal empat bulan lagi lamanya. Bahkan menurut kabar pesan pendek dari telepon seluler dan kabar lewat telepon dari teman-temannya yang sering mengakses internet, di dunia tak nyata itu kini sedang ramai bermunculan soal-soal untuk ujian. Tidak ada lagi judul latihan soal untuk persiapan ujian atau soal-soal yang pernah keluar di tahun-tahun lalu dan bisa menjadi bahan belajar bagi para siswa yang akan ujian.
    Padahal dulu di masa kecilnya, Waluyo harus merepotkan diri ke sana sini demi mendapatkan soal ujian tahun-tahun sebelumnya untuk dipakai sebagai soal latihan. Tapi kini, para siswa calon peserta ujian akhir itu bahkan sudah bisa berlatih soal-soal yang 99 persen kemungkinannya akan menjadi soal ujian sungguhan nantinya.
    Bahkan yang membuat Waluyo terheran-heran, jawaban soal ujian pun sudah bisa didapatkan dengan mudah. Heran bercampur rasa kesal lah yang menjadi hujan rutukan di hati Waluyo. Lantas, apalah gunanya ia dan para siswanya harus menempuh istilah belajar mengajar selama tiga tahun?
    Apalagi informasi itu ia dapatkan di tahun-tahun sebelumnya. Saat di mana ia sedang mati-matian mengira-ngira dalam persiapan yang ia lakukan untuk para murid-muridnya tentang soal apa yang akan dikeluarkan oleh para penguasa bidang pendidikan tingkat wahid. Rasanya saat itu barulah ia menyadari, betapa kasihan para muridnya yang di malam ujian harus kebingungan menerka, soal apa yang akan keluar nanti. Jika terlewat kurang beruntung, alamat, tergadaikanlah nilai di akhir ujian. Dan kegemasan Waluyo saat itu tentunya sampai di ubun-ubun ketika mendengar teman-temannya yang kini seprofesi, bisa bercerita ringan dan pasti tentang nasib anak didiknya di akhir ujian nanti. Pasti lulus!
    “Ini bukanlah salah kita. Orang-orang yang berada di atas kita yang tidak sadar dan akhirnya meminta kita untuk melakukan ini. Mereka tidak lagi mau malu jika nanti wajah mereka tercoreng aib dengan angka-angka ketidaklulusan yang begitu fantastis,” begitu alasan seorang rekannya yang juga sesama guru di sekolah tempatnya mengajar.
    Melihat Waluyo hanya terdiam dengan ekspresi yang seakan masih sulit menerima, rekannya itu pun tak henti menyerah mencoba terus meyakinkannya. “Kita lebih baik mengikuti saja. Kasihan betul lihat anak-anak pulau itu yang sudah mau berpayah-payah bersekolah, lalu harus terus kecewa. Lagipula, nasib sekolah di daerah-daerah lainnya sama juga seperti kita. Kita ini, mengajar sekolah di pulau ini, memang terkenal akan kualitasnya yang kurang baik. Tapi walau bagaimanapun itu, cobalah engkau pikirkan sekali lagi nasib anak-anak kita.” kata-kata dari rekan kerjanya yang sepertinya paham gejolak hati Waluyo, mencoba sedikit meredam kegalauannya.
    **
    Waluyo berjalan gontai ke sekolah tanpa rasa gairah. Hari ini berita kelulusan anak-anaknya akan diketahuinya. Tapi meski di tahun-tahun sebelumnya angka kelulusan anak-anaknya tidaklah menggembirakan, namun masa-masa dulu itu lebih membuatnya bersemangat untuk memacu langkahnya ke sekolah di saat-saat seperti ini. Dan sekarang, rasanya semua berbeda.
    Kejadian demi kejadian seputar ujian nasional terus ada dalam ingatannya. Satu hal, ia masih merasakan sesak di dadanya jika mengingat apa yang telah dilakukannya beberapa bulan lalu. Dan ketika langkah kaki Waluyo akhirnya sampai di sekolah, para siswa pun berhamburan langsung berebut menciumi tangannya.
    “Terima kasih, Pak! Terima kasih, Pak!” Wajah-wajah gembira dan lega menyambutnya seusai para murid-muridnya tersebut menempelkan kening mereka di punggung tangan Waluyo saat bersalaman sebagai tanda hormat.
    Mata Waluyo yang berkaca-kaca seperti menangkap getar rasa haru di mata para siswanya. Waluyo mencoba membaca satu per satu pikiran anak-anaknya, “Pak, Bapak pasti bangga kami. Angkatan kami akhirnya bisa membuat sekolah kita ini tidak lagi diolok-olok oleh masyarakat. Tidak ada lagi wartawan yang akan datang bergantian untuk meliput nasib sekolah kita yang terus-menerus dinyatakan sebagai sekolah tidak bermutu. Meskipun, seharusnya kami bangga. Karena, kapan lagi kondisi sekolah kita yang memprihatinkan ini bisa diperhatikan oleh masyarakat dengan adanya kejadian ketidaklulusan? Ah, tapi kini pun pastinya mereka akan kembali menyorot prestasi kami di tahun ini. Kami semua sudah bisa lulus!” Tiba-tiba Waluyo seakan mampu membaca pikiran murid-muridnya.
    Namun tetes tangis Waluyo bukanlah demi rasa haru. Lebih tepatnya adalah rasa miris yang mengiris nuraninya karena sedih dan marah pada dirinya sendiri. Ya, hari itu murid-murid Waluyo lulus. Tapi bagi Waluyo, ujiannya sebagai guru sebetulnya dinyatakan tidak lulus tahun ini!
    Oleh: Ika Maya Susanti
    http://ikapunyaberita.wordpress.com/2011/01/04/cerpen-ujian-kelulusan/ 

    Senin, 17 Januari 2011

    KUNCI SUKSES HADAPI UAN

    ujian nasional tinggal sebentar lagi. gimana ya caranya biar bisa lulus dan sukses ujian??. ada yang bilang harus ikut les. tyuz ada juga yang bilang harus rajin masuk LBB .. ada lagi yang bilang belajar harus lebih ditingkatkan. tapi juga ada yang bilang, waktu bermain harus di kurangin .. sebenarnya apa lagi ya yang dapat dilakuin? kalau aku sich setujunya belajar lebih giat .. tapi kalau belajar hanya sekedar belajar doang ya percuma .. hemmh gimana ya?? yang penting sich PD dulu adjah .. tapi walaupun PD jangan sampe kePDan .. hehe .. tyuz JANGAN LUPA BERDO'A ...  ntar biez itu, Insya Allah ujiannya bisa ..amien .. :-)..

    teh hijau

     selama  ini banyak orang yang telah mengetahui teh hijau. namun mungkin sebagian besar dari mereka tidak mengetahui apa saja manfaat dari teh hijau ini.


    27 macam manfaat teh hijau yang didasarkan pada berbagai hasil penelitian.
    1. Dapat mencegah dan menurunkan tekanan darah tinggi
    2. Mencegah timbulnya kadar gula darah yang tinggi
    3. Menurunkan kadar kolesterol
    4. Menurunkan resiko terkena berbagai penyakit hati
    5. Menurunkan resiko terkena stroke
    6. Membantu tubuh dalam melawan virus (seperti virus influenza)
    7. Dapat menghambat penurunan fungsi syaraf
    8. Memperbaiki fungsi kognitif
    9. Bermanfaat bagi kesehatan gusi
    10. Mencegah sesak nafas
    11. Mengurangi stress
    12. Menghilangkan kelelahan dan keletihan
    13. Mampu mencegah timbulnya penyakit kanker
    14. Mampu mengendalikan pertumbuhan tumor
    15. Membantu penyembuhan penyakit kanker
    16. Membantu menurunkan berat badan
    17. Mengurangi resiko timbulnya radang sendi dan reumatik
    18. Berfungsi sebagai anti radang tenggorokan
    19. Mencegah osteoforosis
    20. Mencegah timbulnya alergi
    21. Melindungi lever
    22. Mencegah hepatitis
    23. Membantu menghalangi penyebaran virus HIV
    24. Mengurangi bahaya merokok
    25. Memperlambat penuaan
    26. Baik dikonsumsi untuk penderita diabetes
    27. Mampu mencegah keracunan makanan

      Sumber:
      www.nwipp-newspapers.com (http://anekailmu.blogspot.com/2007/04/27-manfaat-teh-hijau-bagi-kesehatan.html)